Thursday, August 18, 2011

18 Ramadhan 1432 H

Saya jadi ingat tentang tulisan Goenawan Mohamad di catatan pinggir tanggal 16 Agustus 2010..judulnya daging..
Pada intinya tulisan itu menceritakan tentang fenomena puasa khususnya di bulan ramadahan ini..

Di awal tulisannya Pak Goen menuliskan realitanya puasa 30 hari itu seringkali adalah sebuah deprivasi, sebuah perenggutan dari hidup yang normal, dan kita, yang merasa harus menanggungkan itu, menginginkan imbalan yang memuaskan.

~~Di atas semua itu, setidaknya di Indonesia, orang-orang yang menganggap puasa sebagai deprivasi yang berat akan bersikap seakan-akan anak manja atau si korban yang dendam: mereka minta diperlakukan dengan kelas tersendiri. ”Hormatilah orang yang berpuasa!” seru pengumuman di mana-mana. Maksudnya: ”jangan menggoda atau merayu orang yang berpuasa untuk batal” . Barangkali berpuasa telah berubah: menahan haus dan lapar tidak lagi ditandai tekad melawan godaan, tapi sikap ketakutan akan godaan. (GM)

Tapi kali ini saya ingin menyoroti hal lain. Hal yang sangat nyata dan dekat saya rasakan saat ini. Masih berhubungan dengan hal di atas..namun fokusnya sedikit berbeda.

~~Persoalannya akan berbeda jika kita menganggap berpuasa dengan sikap lain: puasa bukan sebagai deprivasi, melainkan sebagai ikhtiar kita untuk mengurangi apa yang dirasakan berlebih dan berlebihan dalam diri. Dengan kata lain, inilah puasa sebagai pilihan laku yang menangkis keserakahan. Bahkan inilah puasa sebagai reduksi agresivitas menghadapi dunia—agresivitas yang meringkus dunia jadi milik dan bagian dari sasaran konsumsi. (GM)

Ya. Bukankah seharusnya puasa yang bukan sekedar menahan lapar dan haus ini seharusnya mereduksi agresivitas terhadap dunia?
Bukan balas dendam saat berbuka dengan makanan yang “megah” dan sangat banyak sampai kekenyangan?
Atau berlomba berburu baju baru di 10 malam terakhir?
Pantas memang kalau pakar ekonomi bilang, ramadhan adalah saat-saat emas untuk banyak perniagaan =)

Tidak salah. Tidak salah memang =)
Siapa bilang kita ga boleh pake baju baru? Boleh lah =)
Tapi tak harus kan berlebihan dan di waktu2 istimewa itu..
Siapa bilang kita tak boleh berbuka dengan makanan enak? Boleh lah =)
Tapi sekali lagi berpuasa seharusnya jadi lahan mendidik. Bukan lahan “balas dendam”.
Sepertinya kan jauh lebih enak, berbuka dengan sederhana. Kalau kelebihan berbagilah =9


No comments:

Post a Comment