Monday, April 22, 2013

21 APRIL kesekian.



Hai, pagi wanita Indonesia! Tanggal 21 april ksesekian semenjak ditetapkan tahun masehi di muka bumi. 21 April yang masih sama terkenalnya dengan zaman kecil saya dulu. Lalu kami, si bocah-bocah manis ini diminta menggunakan kebaya setiap tanggal 21 april, tenang saja berhubung ada isu kesetraaan gender maka para lelaki mungkin bisa berdemo jika merasa tidak dianggap. Jadi biarlah si lelaki ini ikut mempermanis tanggal 21 april dengan jas atau beskap semacam baju adat untuk pria. Dari TK sampai SMA. Saya pernah merasakannya ramainya 21 april meski dalam nunasa acara yang berbeda. Mulai dari semacam pentas kebaya atau malah lomba putri2an macam putri Indonesia . and guess what the name of the contest? KARTINI KARTONO. *blup!*

Jadi ada apa sebenarnya tanggal 21 April? Apakah itu adalah hari kebaya nasional? Atau hari kontes kecantikan wanita Indonesia? Oh, my dear.. rasanya seluruh bangsa Indonesia ini mungkin tahu tanggal 21 April ditetapkan sebagai hari seorang pahlawan wanita Indonesia, R.A. Kartini. Lalu apa hubungannya dengan kebaya. Umm, mungkin karna R.A. Kartini dulu pake kebaya. Jadi bisa saja tahun 2100 saat giirlband2 masa kini ditetapkan sebagai pahlawan wanita Indonesia, baju yang dipakai untuk memperingatinya adalah……..*lanjutkansendiri.gataunamanya*.

Yah. Begitulah kita. Kita -maka termasuk juga saya. Perayaan-perayaan nasional lebih pada simbol-simbol ‘ritual’. Tradisi. Ada masalah? Ga sih. Cuma pada akhirnya akan sia2 ketika tidak memahami ESENSI.

Kartini. Terlepas dari kontroversi apakah beliau Pejuang Islam atau Penganut Theosofi? Apakah beliau menjadi alat Belanda untuk mem’Barat’kan Indonesia? Atau malah mengapa beliau yang dijadikan hari nasional? Kenapa bukan Cut Nyak Dien *yang namanya lebih mirip saya (??)* atau Malahayati atau Dewi Sartika atau Rasuna Said atau malah nama kamu sendiriii? Kenapaa? Kenapaaa?? Ok. Cukup.

Bagaimanpun. Saya yakin Kartini, juga pahlawan wanita Indonesia lainnya telah melakukan sesuatu. Dalam tekanan kondisi saat itu, segala keterbatasan, segala kekuarangan diri dan lingkungan, mereka bergerak untuk Indonesia yang lebih baik.

Saya jadi ingin kutipkan kicauan tema saya dari seberang,
“Penetapan hari, sebagaimana penetapan status pahlawan, penetapan nama jalan adalah kerja-kerja politik. Wajar saja tidak pernah bisa memuaskan semua orang. Kartini sudah merampungkan tugasnya. Cut Nyak Dien juga, Rahmah El Yunusiyyah juga. Tinggal KITA. Bagaimana KITA sekarang.”
-Ardianus Ichsan-mencarimaudy *barangkali ada yang mau bantu*

Maka saat ini setelah intermezzo ga penting yang panjangnya minta ampun. Saya mau bicara tentang KITA. KAMU yang aku sapa dalam tulisan dan AKU. WANITA INDONESIA.

Hei, kita! katanya kita adalah lokomotif perubahan bangsa. Hah? gmana bisa kakaaaak..aku kan masih sekolah?? Gmana bisa, bro! gw masih kuliah. Tugas sendiri aja ribet. Gmana bisa de?? Saya sibuk ngurus anak. Gmana bisa?? Urusan kantor gw banyak. Gmana bisaaa??

Oh, my dear.. justru karna itulah. Lihatlah kita. ada di setiap rumah. Ada di setiap keluarga. Dengan setiap peranan kita masing-masing. Kita sebagai anak. Kita sebagai pelajar. Kita sebagai istri. Kita sebagai Ibu. Kita sebagai kakak. Kita sebagai mahasiswa. Kita dengan aneka profesi.
Lihatlah kita. kita wanita Indonesia itu. dengan apapun peran dan profesi kita. kita bisa meneruskan keluhuran para pahlawan kita. hingga perayaan ini dan itu. bukanlah sekedar tradisi. Tapi kita memahaminya. Bahwa kita sekarang. Adalah pahlawan-pahlawan itu untuk negeri kita.

Apa yang bisa kita lakukan??
kamu adalah pelajar?
Dulu zaman kartini susah sekali wahai kawan, mendapatkan buku2 bacaan bermutu untuk anak gadis macam kau. aku juga. Apalagi kalau kau bukan bangsawan. Sekolah bagi wanita adalah hal mewah. Maka jangan ditanya tentang internet ya. apalagi facebook dan twitter. Mereka berjuang untuk sekolah. Membaca. Menulis. Mereka berjuang. Mereka melakukannya.

Kita?

Sekalipun bukan keturunan bangsawan. Kita bisa mengecap pendidikan yang layak. Sekalipun tak punya uang berlebih. Ada banyak perpustakaan yang bisa dijamah. Kita punya banyak sekali sumber informasi di zaman melek IT. Dan kita? rasanya malas sekali bangun pagi, siap2 berangkat ke sekolah. Sebal sekali diberi tugas ini dan itu. mengeluh setiap musim ujian. apalgi menggunakan waktu untuk membaca dan belajar hal-hal yang baik. lebih baik menonton sinetron remaja atau konser2 girlband-boyband. Lebh baik menghapal lagu-lagu cinta yang bikin tambah merana. Galau katanya mah.
my dear, adik2ku.. maka belajar adalah bagian dari perjuangan. Belajar bagian memfungsikan diri kita menjadi lokomotif perubahan. Belajar yang sungguh-sungguh. Mengembangkan hal-hal yang kita minati. Apapun. Membaca banyak hal. Belajar kebijaksanaan hidup dari para kakak-orangtua, atau guru.
Mereka kesulitan mendapatkan kesempatan belajar, tapi terus belajar. Kita?

Apa yang bisa kita lakukan??
kamu mahasiswa?
Saya juga. *toss dulu. Tapi saya mau cepet2 membuang status mahasiswa saya. *curcol. Oke fokus! Nah, apalagi kalau kau mahasiswa..yang katanya para penggerak itu.. yang katanya agent of chage, agent of bla, bla, dan bla. Mari saya tambahkan sedikit agent of titip absen di kelas (masih zaman ga sih?), atau mungkin kamu bagian yang ber-aksi di depan gedung pemerintahan? Itu bisa jadi cool tapi jadinya ‘cool’leuheu*kuleuheu=kumal (bahasasunda)* kalau tereak2 anti korupsi padahal tukang titip absen, telat-an, dan langganan nyontek pas ujian atau malah aksi yang bikin tambah rusuh bakar sana sini, ngerusak fasilitas, nbikin macet, dan ga punya solusi. Atau mungkin kamu bagian dari yang peduli amat lah ya sama urusan begituan. Gw bahagia dengan kuliah dan kos gw. *peluk guling*

oh.my dear, teman-temanku..
lihatlah tatapan iri anak bangsa pada tambahan MAHA sebelum kata siswamu. Mereka yang menaruh harapan kelak anaknya bisa sekolah tinggi sepertimu, mereka yang menaruh harapan, optimis kita mampu mengusir mendung yang tak mau pergi dari atap negeri ini.
Tidak, kita tidak perlu jadi superhero atau city hunter. Tidak perlu. Cukup memerankan peran kita yang baik sebgai mahasiswa. Masih tetap belajar sungguh-sungguh dan PEKAlah terhadap kondisi lingkungan kita. kepekaan yang melahirkan karya-karya. Peka terhadap kondisi lingkungan masyarakat di dekat kos kita. maka tak perlu menunggu pengajar muda. Kamu bisa hidupkan surau-surau ilmu di tempatmu. Peka terhadap kondisi kampus, kamu tidak perlu menunggu menjadi dosen untuk mengaktifkan forum2 diskusi, membuat karya-karya tulis, atau kegiatan bermanfaat lainnya untuk kampus, masyarakat, atau negaramu. Kamu juga bisa menggerakan teman2mu sesuai bakat dan minatnya, memperdalam minat tersebut dan membuat prestasi-prestasi cemerlang, dari bela diri, menulis, membuat karya seni, dan banyak lagi aktivitas bermanfaat lainnya. Maka kamu, mahasiswa dengansegala kecerdasanmu, idealismemu, kePEKAanmu, dan tindakan kecil tapi nyata untuk negeri adalah pahlawan-pahlawan. Para lokomotif perubahan bangsa.

Apa yang bisa kita lakukan??
Kamu para pemudi wanita karir??
whoohooo!! menjadi wanita karir atau bekerja dengan banyak sekali profesi apapun itu adalah kemuliaan. insyaAllah dengan niatan untuk beribadah menggapi ridhoNya *saya jad manis banget*.
Jadi apapun kamu wahai para wanita, bekerjalah dengan sepenuh hati. kamu cerdas dan berbakat, ukirlah prestasi di bidang apapun kita. dari petani atau wanita dalam gedung2 bertingkat. Ada banyak contoh para wanita negeri dengan berbagai profesinya menghasilkan prestasi. Bukan. Bukan prestasi dalam bentuk medali lalu mendapat tepuk tangan meriah. Mereka yang menhasilkan karya2 nyata dalam bidang yang mereka geluti. Inilah sekilas tentang wanita-wanita negeri:
Rasuna Said, perempuan yg mahir berpidato,aktif di bidang politik & peduli pada pendidikan perempuan. Wolly Sutinah, dikenal dgn nama "Mak Uwok" & aktris film serba bisa dlm memainkan segala macam peran. Herawati Diah, berkarir sbg wartawan di UPI,AS. Pendiri harian Merdeka & The Indonesian Observer. Julie Sulianti Saroso, salah satu dokter perempuan Indonesia yg menonjol di zaman Belanda. Emmy Saelan, juru rawat LAPRIS & peyelundup keperluan medis utk perang. Mimi Rasinah, pelopor pelestarian tradisi tari topeng. Emiria Sunassa, namanya dikenal karena lukisan-lukisannya. Rahmah el Yunusiyah, mendirikan sekolah Al-Madrasatul Diniyyah utk prempuan & memimpin dapur umum utk TNI. Dan masih banyak lagi. Terserah-serah~~~whatever wil be..will be~~ jadi apapun juga~~tetap manfaat~~ *nyanyi quesera2 ceritanya*

Dan..
Apa yang bisa kita lakukan??
kamu adalah seorang ibu?
Oh. Dear. Inilah peran yang menurut saya paling mulia. Dianatara semua peran. Pada akhirnya. Jadi apapun. Kita adalah calon2 ibu dan ibu generasi pewaris negeri.
Ah. saya jadi ingat tulisan dewi lesatari, bagaimana seorang ibu rumah tangga menjadi lokomotif berubahan. Di sinilah pada akhirnya. Unit terceil dalam negara. Keluarga. Justru berperan besar dalam perubahan. Seperti perkataan Ahmad Syauqi, “Seorang Ibu adalah lembaga pendidikan,yg jika ia benar2 mempersiapkan dirinya,berarti ia telah mempersiapkan sebuah generasi yg benar2 digdaya.”
Maka saya tidak akan banyak biacar soal ibu, perannya dapat kita rasakan dengan jelas sehari-hari.. dan pandangan dewi lestari soal ini, mewakili apa yang ingin saya sampaikan. Berhubung saya ga nemu2 sumber asli.. saya cantumkan web lain yang menuliskan artikelnya.
ceikodot disini..

maka emansiapasi wanita, bukan tentang sama rata perempuan dengan laki-laki. Sama rata di tempat yang tidak semestinya. Ini tentang kamu dan aku. KITA yang tidak berhenti belajar dan mengoptimalkan peran kita sebagai wanita. Selamat menjadi WANITA INDONESIA, dengan segala keluhuran dan kebermanfaatannya. Yeah!

--naman saya nisaa artinya wanita dan saya bangga menjadi wanita--
*tring!

--terimaksih kepada mba dewi lestari yang menginspirasi, masajalah histori yang saya comot twitnya yang retweet banya banget sama ardianus ichsan.. dan tentu saja yang selalu ngaku2 jadi guru hebat -____-" sapi. terakhir yang mention2 saya suruh nulis. Yuli Ardika Prihatama. yeah. sengaco ngaconya tulisan saya. akhirnya saya nulis juga.

1 comment: