Sunday, July 22, 2012

Subhanallah atau Masyaallah?


Hei, sudah lama sekali ingin memposting ini..dan seperti topik basi banget buat banyak orang..tapi gpp lah yaaa..

ceritanya suatu hari saya lagi sms-an saya partner saya..di sela diskusi itu, berceritalah dia tentang seseorang yang melakukan tindakan baik yang mengagumkan *FYI: bukan spirderman, batman yang filmnya lagi heboh, atau superhero lainnya*
apa balasan saya??
kira2 apa coba?
yaaah..seperti kebanyakan umumnya..saya bilang."Subhanallah.."--dan terusannya yang saya lupa--
dan dia pun bales,yang isinya kira2 mempertanyakan kenapa saya bilang subhanallah di situasi yang tidak tepat harusnya kan masyaallah..
dengan PD kelewat batasa tanpa ilmu saya jawab "eh, terbalik kali..yang bener kayak gini.." *sok tau abis*
dan setelah itu mulailah partner saya itu bialng yang seharusnya..dia bilang itu ada di Al Quran..
dan saya cuma komentar pendek "oh, jadi selama ini gw salah?" *dengan tampang innocent*

tapi saya pun penasaran apakah yang teman saya bilang itu benar..usut punya usut ternyata itu benar! ouch! beginilah kalau amal tanpa ilmu, ga ngerti bahasa arab pula..*plak*.

supaya pada ga ikutan kebolak balik juga..berikut cuplikan infonya yang diambil dari kultweet nya ust salim a fillah tertanggal 29 11 2011 *udah lama bangnet yak* dengan beberapa penambahan atau perubahan tekstual..cekidot! :D

Secara umum, menyebut asma Allah & berdzikir kepadaNya ialah kebaikan tertuntunkan. Menyertakan Allah dalam tiap kejadian adalah niscaya.
Dan tiap penyebutan nama Allah yang bermakna khusus tentu memiliki tempat sesuai tuntunan. Semisal; Istirja' diucap saat kita bermusibah.
Nah,bagaimana dengan ucapan "SubhanaLlah" & "MasyaaLlah"? Ada 2 yang mengikatnya; tuntunan Quran-Sunnah & kebiasaan dalam Bahasa Arab.

#tentang subhanallah

Subhanallah terdiri dri kata Subhan dan Allah. Subhan itu sendiri asal katanya adalah sabh yang artinya tidak tercampuri. Subhanallah -> Maha Suci Allah.

Al Quran menuturkan; SubhanaLlah digunakan dalam mensucikan Allah dari hal yang tak pantas. Maha Suci Allah dari mempunyai anak, dari apa2 yang dipersekutukan,dan lain2.. SubhanaLlah juga digunakan untuk mengungkapkan keberlepasan diri dari hal menjijikkan semacam syirik dan dihinakannya Allah tersebab kita
contohnya..

Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: ”Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?”.Malaikat-malaikatitu menjawab: “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka: bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.
(QS 34 Saba’: 40-41)

Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.
(QS 12 Yusuf: 108)

Bukankah ada juga pe-Maha Suci-an Allah dalam hal menakjubkan? Uniknya, Al Quran menuturnya dengan kata ganti kedua (QS 3: 191), atau kata ganti ketiga yang tak langsung menyebut asma Allah (QS 17: 1 dll). Sedangkan ia juga terpakai pada; me-Maha Suci-kan Allah dalam menyaksikan bencana & mengakui kezhaliman diri (QS 68: 29), menolak fitnah keji yang menimpa saudara (QS 24: 16).

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(QS 3 Ali Imran:109)

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
(QS 17 Al Israa’: 1)

Mereka mengucapkan: “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang dzalim.
(QS 68 Al Qalam: 29)

Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar.
(QS 24 An Nuur:16)

bagaimana hadist-nya?

"Kami apabila berjalan naik membaca takbir, & apabila berjalan turun membaca tasbih."(HR Al Bukhari, dari Jabir).

Jadi “SubhanaLlah” dilekatkan dalam makna “turun”, yang kemudian sesuai dengan kebiasaan orang dalam Bahasa Arab

secara umum; yakni menggunakannya tuk mengungkapkan keprihatinan atas suatu hal kurang baik di mana tak pantas

KESIMPULANNYA:
Dzikir tasbih secara umum adalah utama, sebab ia dzikir semua makhluq & tertempat di waktu utama pagi & petang. Adapun dalam ucapan sehari-hari, mari membiasakan ia sebagai pe-Maha Suci-an Allah atas hal yang memang tak pantas bagi keagunganNya.

#tentang MasyaAllah
QS 18: 39 memberi contoh; ia diucapkan atas kekaguman pada aneka kebaikan melimpah; kebun, anak, harta. Sungguh ini semua terjadi atas kehendak Allah; kebun subur menghijau jelang panen; anak-anak yang ceria menggemaskan, harta yang banyak. Lengkapnya; “MasyaaLlah la quwwata illa biLlah”, kalimat ke-2 menegaskan lagi; tiada kemampuan mewujudkan selain atas pertolongan Allah.

Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu “MAA SYAA ALLAH, LAA QUWWATA ILLAA BILLAH” (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan.
QS 18 Al Kahfi: 39)

Pun demikian dalam kebiasaan lisan berbahasa Arab; mereka mengucapkan “MasyaaLlah” pada keadaan juga sosok yang kebaikannya mengagumkan.

KESIMPULAN:
MasyaaLlah adalah ungkapan ketakjuban pada hal-hal yang indah; dan memang hal indah itu dicinta & dikehendaki oleh Allah.

pesannya ust. salim a fillah..
Demi ketepatan makna keagunganNya & menghindari kesalahfahaman; mari biasakan mengucap "SubhanaLlah" & "MasyaaLlah" seperti seharusnya.
Membiasakan bertutur sesuai makna pada bahasa asli insyaaLlah lebih tepat & bermakna. Tercontoh; orang Indonesia bisa senyum gembira padahal sedang dimaki. Misalnya dengan kalimat; “Allahu yahdik!”. Arti harfiahnya; ”Semoga Allah memberi hidayah padamu!” Bagus bukan? Tetapi untuk diketahui; makna kiasan dari “Allahu yahdik!” adalah “Dasar gebleg!” ;D Jadi, mari belajar tanpa henti & tak usah memaki;)

yeah! mari belajar.

2 comments:

  1. Terima kasih ya, udah mengeksplorasi lebih jauh. Aku jadi gantian belajar lebih lengkap. Dari pada baca2 buku lagi, lihat postingan ini udah bisa mengingatkan memori2 yang udah hampir memudar. Gamsha Nisaa

    ReplyDelete
  2. hyaaa..aku baru tahu..uhuhuhuhu *ketinggalan jaman banget sih :D

    ReplyDelete