Friday, March 16, 2012

Coretan Kesadaran untuk Kita yang Kebablasan


oleh: Muhammad Pradipta Bagaskara

Negeri ini negeri mentari
Tempat berpijak bagi sinar yang pertama
Serpihan tanah surga yang dititipkan Tuhan
Bersatu di bawah agung kibar Sang Merah Putih

Negeri ini negeri pelangi
Sejuta warna yang menyatu dalam segaris busur khatulistiwa
Yang darinya, satu adalah aneka
Dan aneka adalah satu
Terekat erat ramahnya senyum dan hangat sapa
Diatas wajah manis Sang Pertiwi

Namun, coba lihatlah di sana!
Pada tanah surga ini
Disudut-sudutnya yang berkilauan
Ada tangan-tangan mungil menengadah
Mengharapkan sekedar penenang buat perut mereka,
Yang barangkali sudah nyaris seminggu tiada sesuatu yang mengisinya
Dan lihatlah di atas panggung megah itu!
Para badut, tikus, dan kecoa
Dengan nafas bau dan serak teriak
Mengatasnamakan si Udin yang putus sekolah
Si Marni yang tertindas, dan Mak Ijah yang menanti ajal
Mereka menggunting urat nadi nafas Pertiwi
Lalu bersumpah demi nama Tuhan
“Untuk Rakyat! Demi Rakyat! “Bah!

Lihatlah pula!
Yang katanya Bhineka Tunggal Ika itu!
Si Umar membunuh Si Andi
Hanya karena bertubrukan di sebuah pesta dangdut
Dan demi anjing-anjing para penguasa modal
Kau kuras habis alam kami
Kau kuras habis titipan anak cucu kami

Lalu lihat pula!
Yang katanya penggerak pertumbuhan bangsa
Dengan lantang bak setan kesurupan turun ke jalan
Memaki-maki tanpa solusi
Dengan kata yang lebih kasar dari pada yang bisa diucapkan seekor anjing
Lalu di manakah surga itu?
Sudahkah ia kadaluarsa?



Adakah kita telah buta?
Ke manakah hangatnya cinta?
Di manakah cantik wajahmu, wahai Ibuku?
Haruskah sia-sia semua tetesan darah syuhada
yang telah melukiskan merah pada Sang Saka?
Haruskah ternoda kesucian ibu-ibu kami
yang terlambat pada putihnya?
Ya Tuhan…
Terlalu jauh kami meninggalkanmu

Indonesia!
Merah Putih bukanlah kadas dan panu di wajah dunia!
Tanah airku, tanah tumpah darahku
Bukanlah kubangan kerbau, yang berceceran darah ayam
Wahai Garudaku,
Engkau bukanlah emprit dalam sangkar bambu
Patahkanlah belenggu di kakimu
Melesatlah ke mega-mega, genggam persatuan kami sekali lagi
Kibaskanlah sayapmu, kibaskanlah kutu-kutu dari bulumu

Indonesia Raya
Kau bukanlah nyanyian picisan yang malu-malu berkumandang
Lantangkanlah suaramu! Bergemalah di langit Merah Putih kami!
Sungguh kita telah terjatuh
Namun kita pasti ‘kan bangkit dan berlari lagi

Karena kita bukanlah kutu-kutu yang menghisapi darah Sang Garuda
Karena kita bukanlah jerawat diatas wajah manis Sang Pertiwi

Karena kita lah Putra-Putri Pertiwi
Di pundak kita bersemayam cakrawala mimpi bangsa ini
Indonesia Raya

*****

Ini adalah puisi yang bakal kami (aku, tika, dan illu) bacakan buat lomba dari Internasional Student Club dan BEM UNS hari minggu nanti..diiringi langsung sama gitar adik dipta (yang ngarang puisinya).. doakan kami ya :)

Like Mother Like Son


Suasana ramai, selalu begitu saat pembagian rapor sekolahan. Ibu-ibu dan bapak-bapak ramai di depan kelas bersama anaknya masing-masing. Beberpa saling menyapa. Beberapa serius sekali menatap angka dalam rapor dan beberapa lainnya sibuk membanggakan anaknya atau…
“ Eh, Bu Darma…apa kabar?”

“ Eh, bu Tuti…Alhamdulilah baik..”( bersalaman)

“ Gmana Edo rapornya?”

“ Alhamdulilah bu…ranking 2..” (Tersenyum. Sambil mengelus kepala anaknya sudah empat tahun ini duduk di sekolah dasar)

“Waaah..bagus itu…udah cakep, putih, pinter ya Edo yaa.. Ini si Luthfi main terus terus kerjaan. Item gini. Mana raprornya jelek. Main terus sih. Itu dah emang bloon. Eh, bukannya belajar.. “ (sambil menatap anaknya debngan tampang BT. Si anak menunduk. Entah sedih atau malah sudah biasa)

“Itu Edo juga suka main kok bu”

“Iya. Tapi kan Edo pinter. Lah ini. Udah mah bloon,main terus lagi…”(mendorong sedikit tubuh si anak)

Sepanjang perjalan pulang si Ibu terus ceramah… Kayak si Edo tuh..Kayak si ini tuh..kayak si itu tuh....sambil mencubit ankanya berkali-kali..sampai tangannya merah memar senada merah rapornya..
Ah, siapa yang tahu..hatinya pun mungkin sewarna..
------------------------------

-Tengah siang di sebuah angkot yang ngetem pinggir pasar-
“ Bego dasar! Nanti-nanti ga usah dibeliin jajan lagi. Malah dijatohin! Belinya pake duit tau!”
(mencubit si anak dan tangis pun pecah)

“ Malah nagis. Berisik tau! Buruan berenti”
(mendorong si anak sampai kepala terabtuk jendela kaca. Tangis semakin keras)

“ Eh, ini anak ga bisa dikasih tau. Ga tau diri. Udah jatohin makanan. Berisik lagi”
(mencubit si anak kedua kalinya..)

Dan kali ini “berhasil”…si anak menggigit bibirnya, meremas celananya, isaknya –seakan-mereda..hanya sesegukan rendah..dan nafas yang sesak..
Ah..siapa yang tau…hatinya sedang menangis jauh lebih keras…
------------------------------

Seorang anak laki-laki 6 tahun dengan lebam biru di dagunya mendorong temannya ke tembok hingga terjatuh..memukul lengan sang teman dengan tatapan tak suka. Buku yang sedang dilihatnya baru saja diambil dengan “seenaknya” oleh si teman tanpa izin. Ia tak suka. Kakak guru melerainya..membantu bangkit si teman yang hampir mau menangis. .
***
Anak laki-laki itu teriak,seketika bersembunyi dibelakang seorang kakak gurunya sambil memegang erat rok sang kakak.. Ia baru saja pulang dari sekolah pinggiran rel sampai seorang wanita paruh baya tergeletak penuh darah di depan pintu rumahnya (kalau ruangan kayu 3x5 meter itu pantas di sebut rumah) Matanya keluar..alat reproduksinya terburai.. Kakinya penuh berlumur darah..

Allah..
Seorang lelaki 30 tahunan menengok sang kakak guru yang teriak tak kalah keras bersama sang anak. .. satu…dua…orang2 berkumpul..
Mereka mendengar…sebagian melihat..ibu itu baru saja melahirkan anak ketiganya sampai si suami tak ada yang tau sebabnya membunuh istrinya..membawa lari anaknya yang masih merah..melenggang begitu saja keluar ruangan kayu itu..
Mereka mendengar..sebagian melihat.. tapi lebih dari sering teriakan bersahut-sahutan dari bilik-bilik kayu mereka…Terlalu biasa dan berlalu saja seperti suara keras dari kereta yang lewat..
Mereka mendengar..sebagian melihat.. tapi menutup telinga..mata.. (atau juga hati) rasanya menjadi pilihan yang paling tepat.
***
Anak-laki-laki itu menatap kosong kereta yang baru lewat. Sehari sudah ibunya mati dibunuh sang ayah. Ayahnya belum lagi pulang ntah ke mana.
Apa yang bisa kau baca dari mata kosongnya?
Kakak guru memanggilnya..mengajaknya bersama menyanyikan lagu alphabet..
ah..bukahkah hidup seharusnya berlanjut?
-------------------------

Like mother like son..
Seorang kakak pernah berkata asal pada saya suatu hari.. Tak lebih dari sekedar becandaan. Sampai saya mengingatnya lagi detik ini..kata singkat itu sesungguhnya berkali-kali diajarkan dalam kelas-kelas kuliah saya.. Dan kata-kata itu sesungguhnya adalah pembelajaran yang dalam..
Bahwa KELUARGA adalah ruang pertama belajar. Bahwa KELUARGA adalah ruang utama membentuk..
banhwa KELUARGA adalah bagian penting kaderisasi untuk sebuah peradaban..
Kaderisasi kekerasan? Kaderisasi toleransi? Kaderisasi pemikiran?

Anak-anak yang mengalami kekerasan atau kejahatan (yang menyebabkan gangguan fisik dan atau mental) diprediksikan 10-12 persen per tahun dari jumlah anak dindonesia. Yang dimaksud dengan anak ialah individu yang belum mencapai usia 18 tahun, " jelas Indra Sugiarno, yang juga Ketua Satuan Tugas Perlindungan dan Kesejahteraan Anak Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.Data kasus yang dilaporkan ke kepolisian, setiap tahun ada sekitar 450 kasus kekerasan pada anak dan perempuan. Sebanyak 45 persen dari jumlah kasus itu, adalah anak korbannya. (Yurnaldi, April 2008)

Kasus kekerasan pada anak di Indonesia makin lama semakin bertambah. Hal ini pun bisa saja meningkat jika masyarakat tetap melakukan kekerasan pada anak. Selama tahun 2010, kasus kekerasan yang menimpa anak-anak melonjak tajam. Tercatat ada 2.335 kasus kekerasan terhadap anak atau naik 17 persen dibandingkan 2009. Menurut Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, jika pada tahun-tahun sebelumnya tidak ditemukan kekerasan terhadap anak di bawah satu tahun, namun pada tahun 2010 ini Komnas Perlindungan Anak (PA) menemukan sejumlah kasus kekerasan pada anak yang masih berusia di bawah satu tahun. (Esti Murdiastuti, 2010)

Pantas saja jika kita kehilangan sosok pemimpin bangsa. Kita pun sedang kritis dalam kepemimpinan terkecil dari suatu negara.. Model dasar anak-anak bangsa. KELUARGA..

Apa yang bisa kita lakukan?

*bergetar ketika membaca pesan seorang kakak.. Rabbi..lagi-lagi mengeluh bukanlah solusi…dan lagi2 sayangnya sebuah tangisan nyatanya tak mampu memotong rantainya..maka ketika kami sudah hampir putus asa..Engkaulah cahaya yang meberi kami harapan..sebuah gambaran sebuah masa yang hijau..dan dengan harapan itu kami terus bergerak..melakukan apa yang bisa kami lakukan..sebagai seorang arsitek peradaban…

dan untukmu..untuk kita.. para orang tua, kakak, guru… apakah kita patut tertawa melihat anak belum lagi 6 tahun merokok lalu bicara bahasa kasar? Apakah kita begitu puas memaki seorang anak di depan umum? Apakah kita merasa yang paling benar dan hebat saat membanding-bandingkan warna seorang anak dengan yang lainnya? Apakah uang sudah menjadi cukup bukti sebuah perhatian? Apakah…apakah…apakah..?

Sebuah KELUARGA adalah penyusun utama batu bata peradaban DUNIA*

Kristal. Lagi2 dalam tulisan tak berstruktur.

Sunday, March 11, 2012

Gema di Langit Subuh



Lirih ayat cinta menggema langit subuh
Menundukan jiwa-jiwa angkuh
Menguatkan hati-hati lemah
Mengisi rongga-rongga resah.

Apakah kau kira ini mantra
Dari para penyihir angkasa?

Ia adalah cinta
Yang mengusik niatan rusak
Ia adalah cahaya
Bagi para pencari jejak

Lirih ayat cinta menggema langit subuh
Menghadirkan getar sampai ke langit ke tujuh
Lahir dari keyakinan
Atas janji yang yang selalu pasti
Atas perdagangan yang tak akan pernah merugi

Hingga terlantun doa para malaikat
Mencahaya di pagi pekat
Para makhluk langit
Menanti pelantun lirih ayat cinta
Di pintu surga

*kristalviolet.di suatu subuh yang mencahaya.

Tuesday, March 6, 2012

Belum putus.




Apa yang sedang kita bicarakan?tentang usaha penyelamatan?penyelamatan apa?dari siapa?sayangnya kita seringkali tidak sepaham tentang sebuah kata.seperti kata Lacan”there isn’t enclose definition”.begitu kan? Sekalipun kita tidak sepaham.tapi aku rasa tujuan kita sama. Aku merasakannya. Terserah kalau kau mau bilang aku penipu. menipu. atau kau yang sedang pura-pura. kadang-kadang memang kita tidak tau mana yang harus kita percaya. tapi aku punya prinsip. aku punya komitmen dari apa yang aku pahami dan itu yang sedang aku jalani. kita buktikan saja pada jalan kita masing-masing, kalau memang tujuan kita adalah perbaikan.penyelamatan.bukan asal kekuasaan. Bukan hanya kau yang sedang muak.atau menangis. tapi kita punya jalan dan pandangan yang berbeda tentang usaha penyelamatan. Aku harap pandanganku benar tentangmu.
**
Dan kau. atau kita. Tidakkah kau lihat betapa kemenangan bukan hanya tentang kekuasaan. Yang lebih penting adalah yang terjadi setelahnya. Kadang-kadang aku merasa zholim.ah, tidak. tapi memang ada yang salah. Ke mana kita setelah kekuasaan itu ada? Ke mana? Apa memang lebih baik tinggalkan saja ladang yang telah terbeli? Walaupun gersang.pecah belah. Karena para petaninya tidak tau cara menggarap ladang (??) bagaimana bisa petani tidak tau cara menggarap ladang (??) ah.petani kan juga manusia.iya, memang. Justru karena petani itu manusia makanya seharusnya kita bertanggung jawab atas pilihan kita. Atau lagi-lagi kita zolim dan terburu-buru. Ah, aku sungguh bukan pemberontak. Kecuali jika kau berpikir demikian. Aku adalah petani tetangga yang sungguh sedih melihat petani ladang sebelah. Ditinggal pergi majikannya yang terlanjur puas karena ladang telah di tangan. Padahal mereka belum siap mengolah tanah pecah belah. ke mana kita? Ke mana kita? Lalu ketika hasil panen dituai buruk.kita menutup mata tentang itu? Begitukah? Atau menyalahkan para petani yang memang belum siap bekerja tapi sudah ditinggal saja saking terlalu percaya (atau tidak peduli??). kita butuh sadar bahwa setiap keputusan adalah komitmen yang berkesinambungan. Kita butuh sadar, kemenangan tidak berhenti ketika ladang terbeli. TIDAK.sungguh2 tidak. apa tujuan ladang terbeli?? Menyemai benih kebaikan untuk hasil panen yang juga baik bukan?? Dan tugas menghasilkan panen yang baik itu bsungguh tugas amat berat. Amat sangat. Di tanah pecah belah pula. Bagaimana menyuburkan tanahnya. Bagaimana menanan benihnya.merawatnya.kita butuh petani yang mempunyai benih-benih kebaikan itu. Dan kita juga butuh petani yang bisa mengolahnya.bukan hanya punya benihnya. Itu kerja siapa? Kerja kita kan? Iya kan? Maka tolong. Aku mohon tolong. Tolong jangan lepaskan petani2 itu sebelum mereka tau bagaimana mengelola benihnya. Tolong. Kita bantu mereka.menjadi tim yang baik.menjadi supporting system yang baik. meski aku petani ladang sebelah. Karena kita belum sampai tujuan teman. Urusan ini belum putus. Sungguh2 belum putus.bertanggung jawab dengan pilihan kita.ah, jika urusan ini saja belum selesai bagaimana dengan mimpi kita yang lain yang lebih tinggi? Mengekspor hasil panen misalnya? Atau membagikannya pada segala lapisan? . Belum putus.
**
Dan juga kau. tetap di sini ya teman. Aku di sampingmu dalam hiruk pikuk ini. Selalu begitu karena kita saudara. Selalu begitu karna aku memilih berada di sini dengan segala kepahamanku dan konsekuensi tentangnya. Selalu begitu karena aku sungguh ingin melihat senyummu di taman syurga. Maka apapun rasanya..mari bergenggam.kemenangan ada karena kita bersama..menyemai benih kebaikan hingga aromanya tersebar di kampus hijau..di bumi pertiwi..di dunia. Selalu begitu. Semoga.
**